Sabtu, 26 September 2009

MANDIKAN AKU BUNDA.....


Mandikan Aku, Bunda

Posted: 12 Nov 2007 08:15 PM CST

oleh: Arif Perdana - Life Learner

Rani, sebut saja begitu namanya. Kawan kuliah ini berotak cemerlang dan memiliki idealisme tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik, di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. ”Why not the best,” katanya selalu, mengutip seorang mantan presiden Amerika.

Ketika Universitas mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht , Belanda, Rani termasuk salah satunya. Saya lebih memilih menuntaskan pendidikan kedokteran. Berikutnya, Rani mendapat pendamping yang ‘’selevel”; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi.

Alifya, buah cinta mereka, lahir ketika Rani diangkat sebagai staf diplomat, bertepatan dengan tuntasnya suami dia meraih PhD. Lengkaplah kebahagiaan mereka. Konon, nama putera mereka itu diambil dari huruf pertama hijaiyah ”alif” dan huruf terakhir ”ya”, jadilah nama yang enak didengar: Alifya. Saya tak sempat mengira, apa mereka bermaksud menjadikannya sebagai anak yang pertama dan terakhir.

Ketika Alif, panggilan puteranya itu, berusia 6 bulan, kesibukan Rani semakin menggila. Bak garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain. Setulusnya saya pernah bertanya, ”Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal? ” Dengan sigap Rani menjawab, ”Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya. Everything is OK!” Ucapannya itu betul-betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter
mahal. Rani tinggal mengontrol jadual Alif lewat telepon. Alif tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas dan gampang mengerti.

Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang kehebatan ibu-bapaknya. Tentang gelar dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang banyak. ”Contohlah ayah-bunda Alif, kalau Alif besar nanti.”

Begitu selalu nenek Alif, ibunya Rani, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.

Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau dia minta adik. Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Rani dan suaminya kembali menagih pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini ”memahami” orang tuanya. Buktinya, kata Rani, ia tak lagi merengek minta adik. Alif, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek.

Bahkan, tutur Rani, Alif selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Rani menyapanya ”malaikat kecilku”. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam, saya iri pada keluarga ini.

Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak dimandikan baby sitter. ”Alif ingin Bunda mandikan,” ujarnya penuh harap. Karuan saja Rani, yang detik ke detik waktunya sangat diperhitungkan, gusar. Ia menampik permintaan Alif sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Alif agar mau mandi dengan Tante Mien, baby sitter-nya. Lagi-lagi, Alif dengan pengertian menurut, meski wajahnya cemberut.

Peristiwa ini berulang sampai hampir sepekan. ”Bunda, mandikan aku!” kian lama suara Alif penuh tekanan. Toh, Rani dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Alif sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Alif bisa ditinggal juga.

Sampai suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter. ”Bu dokter, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency.” Setengah terbang, saya ngebut ke UGD. But it was too late. Allah swt sudah punya rencana lain. Alif, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh-Nya.

Rani, ketika diberi tahu soal Alif, sedang meresmikan kantor barunya. Ia shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah memandikan putranya. Setelah pekan lalu Alif mulai menuntut, Rani memang menyimpan komitmen untuk suatu saat memandikan anaknya sendiri.

Dan siang itu, janji Rani terwujud, meski setelah tubuh si kecil terbaring kaku. ”Ini Bunda Lif, Bunda mandikan Alif,” ucapnya lirih, di tengah jamaah yang sunyi. Satu persatu rekan Rani menyingkir dari sampingnya, berusaha menyembunyikan tangis.

Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kamimasih berdiri mematung di sisi pusara. Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar itu, berkata, ”Ini sudah takdir, ya kan . Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya, ya dia pergi juga kan ?” Saya diam saja. Rasanya Rani memang tak perlu hiburan dari orang lain. Suaminya mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pias, tatapannya kosong. ”Ini konsekuensi sebuah pilihan,” lanjut Rani, tetap mencoba tegar dan kuat. Hening sejenak. Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja.

Tiba-tiba Rani berlutut. ”Aku ibunyaaa!” serunya histeris, lantas tergugu hebat. Rasanya baru kali ini saya menyaksikan Rani menangis, lebih-lebih tangisan yang meledak. ”Bangunlah Lif, Bunda mau mandikan Alif. Beri kesempatan Bunda sekali saja Lif. Sekali saja, Aliiif..” Rani merintih mengiba-iba. Detik berikutnya, ia menubruk pusara dan tertelungkup di atasnya. Air matanya membanjiri tanah merah yang menaungi jasad Alif. Senja pun makin tua.

Nasi sudah menjadi bubur, sesal tidak lagi menolong.
Hal yang nampaknya sepele sering kali menimbulkan sesal dan kehilangan yang amat sangat.

Sering kali orang sibuk ‘di luaran’, asik dengan dunianya dan ambisinya sendiri tidak mengabaikan orang-orang di dekatnya yang disayanginya. Akan masih ada waktu ‘nanti’ buat mereka jadi abaikan saja dulu.

Sering kali orang takabur dan merasa yakin bahwa pengertian dan kasih sayang yang diterimanya tidak akan hilang. Merasa mereka akan mengerti karena mereka menyayanginya dan tetap akan ada.

source : sahabat kehidupan

Kamis, 17 September 2009

Alokasi Anggaran Kesehatan Gratis di Sulsel. Berdasarkan MOU Pemerintah Propinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, anggaran kesehatan gratis yang disediakan dengan sharing 40% Pemprop dan 60% Pemkab/Pemkot. Kewajiban semua warga Sulsel untuk mengawasi penggunaannya.

ALOKASI ANGGARAN PENDIDIKAN GRATIS DI SULSEL

ANGGARAN PENDIDIKAN GRATIS

ANGGARAN PENDIDIKAN GRATIS DAN PERUNTUKANNYA
DI SULAWESI SELATAN


TINGKAT SEKOLAH DASAR (SD) DAN SEDERAJAT
Rp. 2.500 perjam Insentif guru mengajar
Rp. 5.000 perjam Insentif remedial dan pengayaan
Rp. 125.000 perbulan Insentif Kepala Sekolah
Rp. 75.000 perbulan Insentif Bujang Sekolah
Rp. 250.000 perbulan Insentif Satpam
Rp. 100.000 perbulan Insentif Bendahara Program Pendidikan Gratis
Rp. 4.000 persiswa perbulan Penunjang dana BOS, meliputi:
- Kegiatan penerimaan siswa baru: by. Pendaftaran, formulir, administrasi pendaftaran;
- Buku pelajaran di luar yangg didanai BOS dan buku koleksi perpustakaan;
- Biaya Pembelajaran, remedial, pengayaan, olahraga, kesenian, pramuka, palang merah, dan sejenisnya;
- Pengadaan buku raport dan foto murid;
- Biaya Ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah, dan laporan hasil belajar siswa;
- Pembelian bahan habis pakai: buku tulis, kapur tulis, pensil, bahan praktikum, buku induk siswa, inventaris,  Koran, gula, kopi, the, dan kebutuhan sehari-hari;
- Biaya Jasa listrik, air, telpon, termasuk pemasangan baru;
- Biaya Perawatan sekolah: pengecetan, perbaikan meubeler, atap bocor, sanitasi & perbaikan fasilitas sekolah lainnya;
- Insentif guru dan tenaga kependidikan lainnya;
- Pengembangan profesi guru;
- Biaya Transportasi bagi siswa miskin;
- Bantuan pembelian buku, pulpen, pensil, baju seragam, baju olah raga, sepatu, tas, dll bagi siswa miskin;
- Biaya Pengelolaan pendidikan gratis;
- Biaya Asrama/pondokan bagi pesantren dan sekolah agama non Islam.

TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DAN SEDERAJAT
Rp. 2.500 perjam Insentif guru mengajar
Rp. 5.000 perjam Insentif remedial dan pengayaan
Rp. 125.000 perbulan Insentif Kepala Sekolah
Rp. 100.000 perbulan Insentif Wakil Kepala Sekolah
Rp. 100.000 perbulan Insentif Wali kelas
Rp. 100.000 perbulan Insentif Kepala TU
Rp. 75.000 perbulan Insentif Staf TU
Rp. 100.000 perbulan Insentif Bendahara Program Pendidikan Gratis
Rp. 75.000 perbulan Insentif Laboran
Rp. 75.000 perbulan Insentif Pustakawan
Rp. 250.000 perbulan Insentif satpam
Rp. 75.000 perbulan Insentif bujang sekoah
Rp. 100.000 perbulan Insentif urusan BP/BK
RP. 17.600 persiswa perbulan Penunjang dana BOS, meliputi:
- Kegiatan penerimaan siswa baru: by. Pendaftaran, formulir, administrasi pendaftaran;
- Buku pelajaran di luar yangg didanai BOS dan buku koleksi perpustakaan;
- Biaya Pembelajaran, remedial, pengayaan, olahraga, kesenian, pramuka, palang merah, dan sejenisnya;
- Pengadaan buku raport dan foto murid;
- Biaya Ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah, dan laporan hasil belajar siswa;
- Pembelian bahan habis pakai: buku tulis, kapur tulis, pensil, bahan praktikum, buku induk siswa, inventaris, Koran, gula, kopi, the, dan kebutuhan sehari-hari;
- Biaya Jasa listrik, air, telpon, termasuk pemasangan baru;
- Biaya Perawatan sekolah: pengecetan, perbaikan meubeler, atap bocor, sanitasi & perbaikan fasilitas sekolah lainnya;
- Insentif guru dan tenaga kependidikan lainnya;
- Pengembangan profesi guru;
- Biaya Transportasi bagi siswa miskin;
- Bantuan pembelian buku, pulpen, pensil, baju seragam, baju olah raga, sepatu, tas, dll bagi siswa miskin;
- Biaya Pengelolaan pendidikan gratis;
- Biaya Asrama/pondokan bagi pesantren dan sekolah agama non Islam.

Sumber: Juklak Pendidikan Gratis Sulawesi Selatan (diolah)

Rabu, 16 September 2009

KRIMINALISASI KPK

2 pimpinan KPK Candra MH dan Bibit Samad Rianto menjadi tersangka dalam kasus yang dituduhkan pihak kepolisian "penyalahgunaan wewenang". Ditersangkakannya pimpinan KPK disinyalir penuh dengan aroma yang tak sedap. Betapa tidak, wewenang KPK berdasarkan undang-undang melakukan pencekalan terhadap Tersangka Anggoro (direktur PT. Masaro) dalam kasus korupsi pengadaan Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) Dephut yg sementara ditangani KPK. Namun pihak kepolisian menganggap pencekalan yg disangka koruptor tersebut menyalahgunakan wewenang yang dimiliki.

Kasus ini sangat konvensional dan tidak memerlukan pemikiran dalam menganalisisnya. Cukup mengkaitkan berbagai kasus yang ditangani oleh KPK yang membuat ketersinggungan berbagai instansi/lembaga berikut orang-orangnya. Publik dengan kapasitas pendidikan rendahan sekalipun sudah bisa menebak siapa sebenarnya yang membela koruptor, KPK atau Polisi.